Monday, June 18, 2012

Perangko mulai memudar, Digilas Teknologi Email & SMS

Menkominfo Tifatul Sembiring melihat pameran perangko (Foto: Yoga Hastyadi/okezone)
Pamor perangko yang merupakan bukti pelunasan biaya berkirim surat belakangan ini makin surut. Padahal, perangko bukan sekedar berfungsi untuk berkirim surat saja. Ada sejarah dan kebudayaan yang terkandung di dalamnya.

Kemajuan teknologi komunikasi makin memudahkan terhubungnya orang satu dengan lainnya tanpa harus berkirim surat. Namun ini tidak berarti perangko yang merupakan cara konvensional mesti ditinggalkan begitu saja.

Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring mengungkapkan, pemerintah Indonesia telah memutuskan bahwa perangko mesti dinilai tinggi. Perangko tidak hanya sekedar bukti pelunasan biaya layanan pos, tapi juga sebuah alat pendidikan, informasi publik dan investasi.

"Perangko bukan masalah flora dan fauna saja, tapi soal teknologi, lingkungan, budaya dan termasuk sejarah-sejarah masa lalu," paparnya di Jakarta, Senin (18/6/2012).

"Saya melihat fungsi edukasi sebuah perangko cukup tinggi. Hanya saja, mesti saya ingatkan tantangan ke depannya, pengguna pos dimana saja mulai agak menurun," imbuhnya.

Menurut Tifatul, hal tersebut dipicu oleh pemakaian telefon genggam untuk SMS. Hal ini juga membuat budaya telegram indah atau menulis surat makin terkikis. "Tidak ada telegram indah seperti kartu ucapan lebaran (Idul Fitri)," pungkasnya.

Meskipun zaman telah beralih pada IT, menurutnya masih ada hal lain yang tidak bisa dilakukan secara elektronik. Misalnya berbagai hal fisik seperti logistik dan pelayanan keuangan.



(sumber)

No comments:

Post a Comment

Recommended Post Slide Out For Blogger